Ahsanu Amala sebagai Kunci Kesuksesan


اَلْحَمْدُ لِلَّهِ رَبِّ الْعَالَمِيْنَ.َأَشْهَدُ أَنْ لاَ إِلَهَ إِلاَّ اللهُ وَحْدَهُ لاَ شَرِيْكَ لَهُ، وَأَشْهَدُ أَنَّ مُحَمَّدًا عَبْدُهُ وَرَسُوْلُهُ. اَللَّهُمَّ صَلِّ وَسَلِّمْ وَبَارِكْ عَلَى مُحَمَّدٍ عَبْدِكَ وَرَسُوْلِكَ، اَلنَّبِيِّ اْلأُمِّيِّ وَعَلَى آلِهِ وَصَحْبِهِ أَجْمَعِيْنَ. أَمَّا بَعْدُ؛
فَيَا أَيُّهَا الْمُسْلِمُوْنَ، اِتَّقُوا اللهَ مَا اسْتَطَعْتُمْ، وَاتَّقُوا اللهَ لَعَلَّكُمْ تُفْلِحُوْنَ. قَالَ اللهُ تَعَالَى فِي الْقُرْآنِ الْكَرِيْمِ،:


Hadirin jamaah Jum’at yang berbahagia!
Kiranya, tiada untaian kata yang sepantasnya disampaikan pada kesempatan yang mulia ini kecuali puja dan puji syukur kehadirat Allah swt. Semoga lisan kita senantiasa basah dan hati kita menjadi lembut dengan kalimat syukur dan kalimat-kalimat toyyibah lainnya.

Tidak lupa, salam dan sholawat kepada junjungan kita nabiullah Muhammad saw, kepada para keluarga, sahabat, tabiin, tabiit tabiin serta para penerus dakwah hingga yaumul akhir.
Pada kesempatan Jum’at ini, marilah kita merenungkan salah satu firman Allah dalam surat Al-Mulk ayat 2:
Yang menjadikan mati dan hidup, supaya Dia menguji kamu, siapa di antara kamu yang lebih baik amalnya. Dan Dia Maha Perkasa lagi Maha Pengampun

Ada tiga poin penting dari ayat di atas dalam bingkai keimanan;
  1. Kematian dan kehidupan sesuatu yang pasti 
  2. Berani hidup harus berani menerima ujian
  3. Menghadapi ujian, dengan Ahsanu Amala

Ayat ini menjelaskan kepada kita bahwa, salah satu konsekuensi pernyataan iman kita, adalah kita harus siap menghadapi ujian yang diberikan Allah swt kepada kita. Untuk membuktikan sejauh mana kebenaran dan kesungguhan kita dalam menyatakan iman. Apakah iman kita itu betul-betul bersumber dari keyakinan dan kemantapan hati? Atau sekedar ikut-ikutan serta tidak tahu arah dan tujuan? Kedalaman iman akan terlihat dari seberapa ahsan amal-amal kita?

Hadirin jamaah Jum’at yang berbahagia!
Sebelum menjelaskan lebih jauh tentang ahsanu amala, baiknya kami awali dengan sebuah kisah yang bisa diambil hikmahnya. Alkisah, ada seorang pekerja keras dengan disertai dedikasi, loyalitas dan profesionalisme dipersembahkan yang terbaik untuk perusahaannya. Gaji dan fasilitas dari perusahaan sudah dia nikmati bersama keluarga dan tidak lupa kepada tetangganya yang membutuhkan.

Tapi ada yang mengusik dalam jiwanya, lalu dia berujar; “Alhamdulillah saya sudah lama mengabdi di perusahaan ini dan tabungan juga sudah cukup untuk menghidupi kami. Apalagi anak-anak sudah besar dan sudah berkeluarga. Saatnya saya untuk mengundurkan diri agar bisa punya waktu banyak bersama keluarga”.

Akhirnya niat itu disampaikan kepada istri dan anak-anaknya dan semuanya sepakat menyetujui niat dari si arsitek ini. Karenanya dengan penuh keyakinan, si arsitek ini akan menghadap pimpinan perusahaan tersebut yang sekaligus sebagai pemilik dari perusaan.

Keesokan harinya bertemulah si arsitek dan pemilik perusahaan properti dan mengungkapkan keinginannya. Betapa kagetnya si pemilik perusahaan, atas pengunduran diri si arsitek teladan ini. Tapi karena dengan alasan yang disampaikannya, akhirnya pemilik perusahaan mengijinkan dengan satu syarat.
Si arsitek, dengan penuh perhatian mendengar syarat apa yang akan diberikan kepadanya agar bisa resign. Pemilik perusahaan lalu menyampaikan syaratnya: “Buatkanlah saya rumah sebagai hasil karyamu yang terakhir”.

Si arsitek menerima syarat itu dan baginya syarat itu tidak terlalu berat. Tapi karena yang minta adalah pemilik perusahaan ini, maka ia akan membuatnya dengan yang terbaik bahkan terbaik dari pekerjaan terbaiknya selama ini.

Mulailah dia mengumpulkan para pekerja yang terbaik, memilih bahan yang terbaik, bahkan mencari bahan sampai ke pelosok negeri. Singkatnya, pekerjaan terbaik dengan pemilihan bahan terbaik sudah berbentuk rumah yang mirip istana. Dengan percaya diri, dia menghadap pemilik perusahaan untuk menyampaikan informasi kalau rumahnya sudah jadi.
Decak kagum pemilik perusahaan tidak bisa disembunyikan atas kinerja karyawan terbaiknya. Meski agak berat untuk melepaskan keinginan si arsitek. Tapi karena sudah janji, akhirnya syarat yang diberikan padanya sudah terpenuhi.

Hadirin jamaah Jum’at yang berbahagia!
Dengan penuh bahagia si arsitek itu pulang ke rumah. Terbayang kebahagiaan waktu bersama keluarga, bersama anak cucunya yang lebih banyak. Sambutan dari istri di rumah juga menambah kebagiaan si arsitek.
Tidak berselang lama si arsitek sampai di rumahnya, ada tamu yang datang. Tamu kali ini adalah tamu istimewa. Ya, tamu itu adalah pemilik perusahaan properti yang sudah puluhan tahun dia mengabdi untuk mencari nafkah.
Awalnya dikira pekerjaannya yang terkahir ada yang tidak beres, tapi ternyata ada kejutan untuk si arsitek. Pemilik perusahaan berkata; “Saudara, sungguh perusahaan berterima kasih banyak atas segala pengadian saudara di perusahaan kami. Salah satu bentuk terima kasih kami, terima tali asih dari kami.”
Disaksikan istri beliau, dibukalah kotak kecil yang diterimanya itu. Betapa terkejutnya si arsitek, karena di dalam kota kecil itu ada kunci pintu utama rumah yang dibangunnya itu. Dia tahu persis kunci itu karena untuk pekerjaan dia yang terkahir ini, dia mengecek satu persatu bahan-bahannya.
Hadirin jamaah Jum’at yang berbahagia!
Ada hikmah, ada pelajaran yang bisa diambil dari cerita si aristek ini. Kalau kita mau menjadi seorang yang profesional dalam ukuran dunia, maka ada 3 syaratnya.


  1. Ilmu (knowledge). Si arsitek tidak mungkin bisa mengerjakan dengan pekerjaan terbaiknya tanpa ada ilmu yang sesuai di bidangnya. Di buku fiqih priortitas, Dr. Y Qordhawi ada bab tentang Al ilmu qobla amal. Ya, ilmu dulu sebelum beramal.
  2. Skill (latihan / amal). Si arsitek menghasilkan pekerjaan yang terbaik itu karena sebelumnya sudah mengerjaan pekerjaan yang lainnya dan tentunya dengan frekwensi yang banyak.


  1. Attitute, selain ilmu dan skill yang dimiliki si arsitek dia juga baik kepada kolega, baik kepada atasan maupun bawahannya, sehingga bisa menjadi karyawan teladan.

InsyaAllah dengan kriteria di atas, sangat pantas karyawan mendapatkan gaji dan honor yang profesional.

Hadirin jamaah Jum’at yang berbahagia!
Pertanyaan selanjutnya, apakah kinerja si arsitek itu bisa dikatakan sebagai ahsanu amala?

Al imam, Fudail bin ‘Iyadl mengatakan bahwa ahsanu ‘amala adalah amalan yang paling ikhlas dan paling benar. (benar di sini maksudnya adalah sesuai dengan tuntunan Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wa sallam).
Lalu beliau menjelaskan 2 kondisi amalan yang dilakukan :

  1. Apabila sebuah amalan itu dilakukan dengan ikhlas akan tetapi tidak benar (berlandaskan ilmu/tidak sesuai tuntunan) maka amalan itu tidak akan diterima.
  2. Apabila amalan itu dilakukan berlandaskan ilmu dan sesuai tuntunan akan tetapi tidak ikhlas maka amalan itu juga tidak diterima.

Kemudian beliau menutup penjelasannya dengan membacakan akhir surat al-Kahfi 110:
فَمَنْ كَانَ يَرْجُو لِقَاءَ رَبِّهِ فَلْيَعْمَلْ عَمَلًا صَالِحًا وَلَا يُشْرِكْ بِعِبَادَةِ رَبِّهِ أَحَدًا
“……………… barangsiapa mengharap perjumpaan dengan Tuhannya, Maka hendaklah ia mengerjakan amal yang saleh dan janganlah ia mempersekutukan seorangpun dalam beribadat kepada Tuhannya”.

Oleh karena itu bagi seorang muslim tentunya harus memperhatikan dua hal tersebut di atas pertama adalah Keikhlasan dan yang kedua adalah ilmu dalam amalan-amalannya. Apabila ia ingin melakukan suatu ibadah yang terbesit di dalam hatinya ingin riya’, pamer dan tujuan-tujuan menyimpang lainnya maka ia harus segera meluruskan niatnya kemudian barulah melaksakan amalan tersebut.

Apabila ia akan melakukan dan ia tidak mengetahui apakah amalan tersebut ada dasarnya dalam al-Qur’an ataupun hadis maka sebaiknya ia tinggalkan agar tidak masuk kepada hal-hal yang dilarang. Wallahu a’lam.

أَقُوْلُ قَوْلِيْ هَذَا، وَأَسْتَغْفِرُ اللهَ الْعَظِيْمَ لِيْ وَلَكُمْ. وَاسْتَغْفِرُوْهُ، إِنَّهُ هُوَ الْغَفُوْرُ الرَّحِيْمُ.



Khutbah Kedua

اَلْحَمْدُ لِلَّهِ الَّذِيْ كَانَ بِعِبَادِهِ خَبِيْرًا بَصِيْرًا، تَبَارَكَ الَّذِيْ جَعَلَ فِي السَّمَاءِ بُرُوْجًا وَجَعَلَ فِيْهَا سِرَاجًا وَقَمَرًا مُنِيْرًا. أَشْهَدُ اَنْ لاَ إِلَهَ إِلاَّ اللهُ وأََشْهَدُ اَنَّ مُحَمَّدًا عَبْدُهُ وُرَسُولُهُ الَّذِيْ بَعَثَهُ بِالْحَقِّ بَشِيْرًا وَنَذِيْرًا، وَدَاعِيَا إِلَى الْحَقِّ بِإِذْنِهِ وَسِرَاجًا مُنِيْرًا. اَللَّهُمَّ صَلِّ عَلَيْهِ وَعَلَى آلِهِ وَصَحْبِهِ وَسَلِّمْ تَسْلِيْمًا كَثِيْرًا. أَمَّا بَعْدُ؛
يَا أَيُّهَا الَّذِيْنَ آمَنُوا اتَقُوا اللهَ وَلْتَنْظُرْ نَفْسٌ مَا قَدَّمَتْ لِغَدٍ وَاتَّقُوا اللهَ إِنَّ اللهَ خَبِيْرٌ بِمَا تَعْمَلُوْنَ.

Hadirin jamaah Jum’at yang dimuliakan Allah!
Cerita arsitek tadi, kita ibaratkan sebagai hamba Allah yang sedang membangun rumah di surga. Kita membangun dengan amal-amal terbaik kita di dunia karena kita yakin akan mendapatkan surga dengan kualitas yang sama dengan kualitas amal kita.


Sebaliknya, seandainya kalau si arsitek membangun rumah tadi asal-asalan dan bahan seadanya atau bahkan kualitas buruk, betapa kecewanya saat rumah itu diberikan padanya. Ini mungkin sama dengan kondisi ummat islam yang tidak terlalu yakin ada kehidupan akhirat, sehingga amal-amalnya hanya sekedarnya atau bahkan ada yang melalaikannya. Naudzubillah!

Hadirin jamaah Jum’at yang dimuliakan Allah!
Salah satu variabel ahsanu amala atau agar amal kita bisa terbaik adalah dengan perencanaan. Ada kata bijak yang mengatakan. Kalau kita tidak merencakan sesuatu yang baik, pada hakekatnya kita sudah merencanakan kegagalan. Dan ummat islam sudah diingatkan dalam Qs. al-Hasyr: 18

يَـٰٓأَيُّہَا ٱلَّذِينَ ءَامَنُواْ ٱتَّقُواْ ٱللَّهَ وَلۡتَنظُرۡ نَفۡسٌ۬ مَّا قَدَّمَتۡ لِغَدٍ۬‌ۖ وَٱتَّقُواْ ٱللَّهَ‌ۚ إِنَّ ٱللَّهَ خَبِيرُۢ بِمَا تَعۡمَلُونَ

“Hai orang-orang yang beriman, bertakwalah kepada Allah dan hendaklah setiap diri memperhatikan apa yang telah diperbuatnya untuk hari esok (akhirat), dan bertakwalah kepada Allah, sesungguhnya Allah Maha Mengetahui apa yang kamu kerjakan. (Qs. al-Hasyr: 18 )

Islam mengajarkan hidup yang terencana. Menyusun dan merencanakan  untuk kehidupannya yang akan dihadapi esok hari. Baik esok hari dalam kehidupan dunia, semisal jangan kita tidur tanpa tahu esok apa yang akan dikerjakan. Atau hari esok akhirat, bekal apa saja yang akan kita bawa?

Mudah-mudahan kita semua diberikan ilmu, skill, akhlak dan keikhlasan oleh Allah dalam menghadapi ujian yang akan diberikan olehNya kepada kita.  Amin.


إِنَّ اللهَ وَمَلاَئِكَتَهُ يُصَلُّوْنَ عَلَى النَّبِيِّ، يَاأَيُّهاَ الَّذِيْنَ ءَامَنُوْا صَلُّوْا عَلَيْهِ وَسَلِّمُوْا تَسْلِيْمًا.
اَللَّهُمَّ صَلِّ عَلَى مُحَمَّدٍ وَعَلَى آلِ مُحَمَّدٍ وَرَضِيَ اللهُ تَعَالَى عَنْ كُلِّ صَحَابَةِ رَسُوْلِ اللهِ أَجْمَعِيْنَ.

اَللَّهُمَ أَعِزَّ اْلإِسْلاَمَ وَالْمُسْلِمِيْنَ، وَأَصْلِحْ وُلاَةَ الْمُسْلِمِيْنَ، وَأَلِّفْ بَيْنَ قُلُوْبِهِمْ وَأَصْلِحْ ذَاتَ بَيْنِهِمْ وَانْصُرْهُمْ عَلَى عَدُوِّكَ وَعَدُوِّهِمْ وَوَفِّقْهُمْ لِلْعَمَلِ بِمَا فِيْهِ صَلاَحُ اْلإِسْلاَمِ وَالْمُسْلِمِيْنَ.
رَبَّنَا لاَ تُزِغْ قُلُوْبَنَا بَعْدَ إِذْ هَدَيْتَنَا وَهَبْ لَنَا مِن لَّدُنْكَ رَحْمَةً إِنَّكَ أَنتَ الْوَهَّابُ.
اَللَّهُمَّ إِنِّي أَسْأَلُكَ عِلْماً نَافِعاً، وَرِزْقاً طَيِّباً، وَعَمَلاً مُتَقَبَّلاً
رَبَّنَا آتِنَا فِي الدُّنْيَا حَسَنَةً وَفِي الآخِرَةِ حَسَنَةً وَقِنَا عَذَابَ النَّارِ.
سُبْحَانَ رَبِّكَ رَبِّ الْعِزَّةِ عَمَّا يَصِفُوْنَ، وَسَلاَمٌ عَلَى الْمُرْسَلِيْنَ وَالْحَمْدُ لِلَّهِ رَبِّ الْعَالَمِيْنَ.
. وَأَقِمِ الصَّلاَةَ.

Firman Arifin
 
Previous Post Next Post